Minggu, 12 Juni 2011

UPACARA KEMATIAN PADA ADAT SASAK


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Antropologi adalah salah satu ilmu pengetahuan social yang tidak berdiri sendiri, akan tetapi di dukung dan memiliki hubungan dengan ilmu-ilmu lainnya, khususnya ilmu sosial, misalnya sosiologi, sejarah, politik, ekonomi, psikologi, dn geografi. Ilmu-ilmu tersebut sangat berkaitan satu sama lain.
Selain itu, antropologi merupkan salah satu ilmu pengetahuan yang membicarakan khusus mengenai kehidupan sosial masyarakat, terutama kebudayaan yang ada di dalam masyarakat tersebur. Antara masyaarakat yang satu dengan masyarakaat lainnya tidak pernah memiliki satu kebudayaan yang sama persis atau dengan kata lain terdapat kebudayaan yang selalu berbeda antara masyarakat yang satu dengan masyarakat lainnya.
Oleh karena itu, penyusun mencoba mengangkat satu tema kebudayaan yang ada dalam masyarakat Sasak di Lombok. Kebudayaan di Lombok sangat beranekaragam, mulai adapt bagaimana upacara ketika melahirkan, perkawinan, ritual agama, keseharian, sampai dengan upacara saat kematian.
Dalam hal upacara kematian, masyarakat Sasak memiliki tradisi yang cukup unik yang tentunya tidak ada dalam masyarakat suku lain di Indonesia. Mulai ketika hari pertama meninggal (jelo mate) sampai hari kesembilan (nyiwak) dan hari-hari selanjutnya.

B.     Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini antara lain:
1)      Untuk membantu mahasiswa atau pembaca agar lebih memahami tentang hubungan antropologi dengan ilmu sosial lainnya.
2)      Untuk dapat memahami cara-cara adat Sasak dalam hal kematian.
3)      Untuk dapat lebih mengerti aapa-apa yang harus dilakukan apabila terjadi kematian dalam masyarakat Sasak.

C.    Manfaat
Makalah ini sangat bermanfaat bagi pembaca, karena dapat menambah wawasan dalam lingkup pengetahuan tentang ”Hubungan antropologi dengan ilmu sosial lainnya serta Kebudayaan Sasak khususnya upacara kematian dalam adat Sasak” secara umum sesuai dengan isi makalah yang kami sajikan, dan dapat membuka pemikirannya mengenai  isi makalah tersebut.

D.    Rumusan Masalah
Adapun masalah yang dibahas  dalam makalah ini antara lain
1)      Hubungan antropologi dengan ilmu sosial lainnya
2)      Upacara kematian dalam adat sasak

E.     Metode Penulisan
Dalam makalah ini, saya menggunakan studi literatur, dan saya mencari sumber-sumber dari berbagai literatur salah satunya adalah dari buku Dadang Supardan (Pengantar Ilmu Sosial).














BAB II
PEMBAHASAN

A.    HUBUNGAN ANTROPOLOGI DENGAN ILMU SOSIAL LAINNYA
Koentjaraningrat mengemukakan pendapat mengenai hubungan antropologi dengan ilmu sosial lainnya, yaitu sebagai berikut:

1.      Hubungan Antropologi dengan Sosiologi  
Sosioligi mempelajari prilaku dan interaksi kelompok, menulusuri asal usul pertumbuhannya, serta menganalisis pengaruh kegiatan kelompok terhadap para anggotanya. Dengan demikian, objek kajian sosiologi adalah masyarakat manusia terutama dari sudut hubungan antar manusia dan proses-proses yang timbul dari hubungan manusia dalam masyarakat.
Demikian juga antropologi, yang berarti ilmu tentang manusia. Dahulu istilah itu dipergunakan dalam arti yang lain, yaitu ilmu tentang ciri-ciri tubuh manusia. Dalam perkembangannya, istilah antropologipun sering disejajarkan dengan istilah etnologi.
Dalam antropologi budaya mempelajari gambaran tentang prilaku manusia dan konteks sosial budayanya. Jika saja sosiologi orientasinya memusatkan perhatian secara khusus kepada orang yang hidup di dalam masyarakat modern, sehingga teori-teorimereka tentang prilaku manusia cenderung terikat pada kebudayaan tertentu. Sebaliknya antropologi budaya berusaha mengurangi masalah keterikatan teori dengan kebudayaan tertentu dengan cara mempelajari seluruh umat manusia dan tidak membatasi diri sosial kepada studi tentang bangsa-bangsa barat. Yang membedakan antropologi dengan ilmu-ilmu sosial lainnyaialah perhatiannya kepada masyarakat-masyarakat non-barat.

2.      Hubungan Antropologi dengan Ekonomi
Khusus bagi Indonesia yang sedang menjalankan pembangunan ekonomi, pelaksanaannya membutuhkan pengetahuan yang dalam tentang adat istiadat daerah, struktur sosialnya, alam pikiran dan alam perasaannya, sehingga dapat disusun prosedur-prosedur yang paling tepat untuk menghindarkan kerugian dalam bidang material dan spiritual. Antropologi dalam hubungan ini dapat memberikan bantuan pada pembangunan ekonomi di Indonrsia. Sebaliknya dengan memahami prinsip-prinsip ekonomi modern, ahli-ahli antropologi dapat mengadakan analisa yang lebih tepat mengenai masalah perubahan sosial, yang disebabkan oleh pembangunan ekonomi.
Kekuatan, proses dan hukum-hukum ekonomi yang berlaku dalam aktifitas kehidupan ekonominya sangat dipengaruhi sistem kemasyarakatan, cara berpikir, pandangan, dan sikap hidup dari warga masyarakat tersebut.

3.      Hubungan Antropologi dengan Psikologi
Hal ini tampak karena dalam psikologi pada hakikatnya mempelajari prilaku manusia dalam proses-proses mentalnya. Dengan demikian psikilogi membahas faktor-faktor penyebab prilaku manusia secara internal, seperti motivasi, minat, sikap, kossep diri, dan lain-lain. Sedangakan dalam antropologi, khususnya antropologi budaya lebih bersifat faktor eksternal, yaitu lingkungan fisik, lingkungan keluarga, dan lingkungan sosial dalam arti luas. Kedua unsur itu saling berinteraksi satu sama lain yang manghasilkan suatu kebudayaan yang melalui proses belajar. Dengan demikian keduanya memerlukan interaksi yang intens untuk memahami pola-pola budaya masyarakat tertentu secara bijak.
Dengan menggunakan pendekatan psikologi dalam mempelajari masyarakat dan kebudayaan, kita menerima pengetahuan mengenai sifat yang serba relatif dari pada nilai-nilai kebudayaan. Dan dengan bantuan psikologi, kita dapat mengambil kesimpulan, kita dapat mengatakan ada bangsa yang unggul dan ada bangsa yang rendah martabatnya, terutama dilandaskan atas perbedaan Barat dan Timur.

4.      Hubungan Antropologi dengan Geografi
Dalam hal ini kita mencoba melihat bahwa geografi atau ilmu bumi itu mencoba mencapai pengertian tentang keruangan ini dengan memberi gambaran tentang bumi serta karakteristik dari segala macam bentuk hidup yang menduduki muka bumi. Begitu juga sebaliknya, seorang sarjana antropologi sangat memerlukan ilmu geografi karena tidak sedikit masalah-masalah manusia, baik fisik maupun kebudayaannya tidak lepas dari pengaruh lingkungan alamnya.
Oleh karena itu dapat dikemukakan bahwa peranan alan dalam kebudayaan adalah alam memberikan batas-batas yang luas bagi kemungkinan hidup manusia, bahwa alam yang mempunyai coraknya sendiri-sendiri sedikit banyak memaksa orang-orang yang hidup di dalamnya untuk menuruti satu cara hidup yang sesuai dengan keadaan.

5.      Hubungan Antropologi dengan Sejarah
Antropologi pada prinsipnya juga merupakan ilmu sejarah. Pikiran ini dianut oleh mereka yang beraliran sejarah dan evolusi. Dengan bantuan arkeologi dan etnologi bangsa-bangsa yang belum mengenal tulisan, dicoba direkonstruksikan sejarah perkembangan umat manusia.
Konsep-konsep tentang hubungan masyarakat yang dikembangkan oleh antropologi dan ilmu-ilmu sosial lainnya, akan memberi pengertian banyak kepada seorang ahli sejarah untuk mengisi latar belakang dari peristiwa politik dalam sejarah yang menjadi objek penyelidikannya.
Demikian juga sebaliknya, bagi para ahli antropologi jelas memerlukan sejarah, terutama sekali sejarah dari suku-suku bangsa dalam daerah yang didatanginya.

6.      Hubungan Antropologi dengan Politik
Hal ini dapat dilihat bahwa ilmu politik telah memperluas kajiannya pada hubungan antara kekuatan-kekuatan serta proses politik dalam segala macam negara dengan berbagai macam sistem pemerintahan sampai masalah yang menyangkut latar belakang sosial budaya dari kekuatan-kekuatan politik tersebut
Seorang ahli antropologi dalam hal mempelajari suatu masyarakat untuk menulis sebuah deskripsi etnografi tentang masyarakat itu, pasti akan menghadapi sendiri pengaruh kekuatan-kekuatan dan proses  politik lokal serta aktivitas-aktivitas dari cabang-cabang partai politik nasional. Dalam menganalisis fenomena-fenomena tersebut, ia perlu mengetahui konsep-konsep dan teori-teori dalam ilmu politik yang ada.



























B.     BUDAYA SASAK (UPACARA KEMATIAN)

Dalam siklus kehidupan manusia, peristiwa kematian merupakan akhir kehidupan seseorang di dunia. Masyarakat meyakini kehidupan lain setelah kematian. Di beberapa kelompok masyarakat dilakukan persiapan bagi si mati. Salah  satu peristiwa  yang harus  dilakukan adalah penguburan. Penguburan meliputi perawatan mayat termasuk membersihkan, merapikan, atau mengawetkan mayat:
Upacara adat kematian yang dilaksanakan sebelum acara penguburan meliputi beberapa tahapan yaitu:
1.            Belangar


Masyarakat Sasak Lombok pada umumnya menganut agama Islam sehingga setiap ada yang  meninggal ada beberapa proses yang dilalui. Pertama  kali  yang  dilakukan  adalah  memukul   beduk  dengan  irama pukulan yang panjang. Hal ini sebagai pemberitahuan kepada masyarakat bahwa   ada  salah  seorang  warga  yang  meninggal.  Setelah  itu  maka masyarakat berdatangan baik dari desa tersebut atau desa-desa yang lain yang masih dinyatakan ada hubungan famili, kerabat  persahabatan dan handai taulan. Kedatangan masyarakat ke tempat acara kematian tersebut disebut langar (Melayat).
Tradisi belangar bertujuan untuk menghibur teman, sahabat yang di tinggalkan  mati oleh keluarganya, Mereka biasanya membawa beras seadanya guna membantu meringankan beban yang terkena musibah.

2.            Memandikan
Dalam pelaksanaannya, apabila yang meninggal laki-laki maka yang memandikannya  adalah laki-laki, demikian sebaliknya apabila yang meninggal perempuan maka yang  memandikannya adalah perempuan. Perlakuan pada orang yang meninggal tidak dibedakan meskipun dari segi usia yang meninggal itu baru berumur sehari. Adapun yang memandikan itu biasanya tokoh agama setempat. Adapun macam air yang digunakan adalah air sumur. Setelah di  mandikan, mayat dibungkuskan pada acara ini, biasanya si mayit di taburi keratan kayu cendana atau cecame.

3.            Betukaq (Penguburan)
Adapun upacara-upacara yang dilaksanakan sebelum penguburan meliputi beberapa persiapan yaitu:
a)      Setelah seseorang dinyatakan meniggal maka orang tersebut dihadapkan ke kiblat. Di ruang tempat orang yang meninggal dibakar kemenyan dan dipasangi langit-langit  (bebaoq) dengan menggunakan kain putih (selempuri) dan kain tersebut baru boleh dibuka  setelah hari kesembilan meninggalnya orang tersebut. Selesai dibungkus si mayat disalatkan di rumah oleh  keluarganya sebagai salat pelepasan, lalu dibawa ke masjid atau musala.
b)      Pada hari tersebut (jelo mate) diadakan unjuran sebagai penyusuran bumi (penghormatan bagi yang meninggal dan akan dimasukkan ke dalam  kubur),  untuk  itu  perlu   penyembelihan   hewan  sebagai tumbal.
4.            Nelung dan Mituq
Upacara ini dilakukan keluarga untuk doa keselamatan arwah yang meninggal dengan harapan dapat diterima di sisi Tuhan Yang Maha Esa, selain itu keluarga yang ditinggalkan tabah menerima kenyataan dan cobaan. Selanjutnya diikuti dengan upacara nyiwaq dan begawe dengan persiapan sebagai berikut:
a)      Mengumpulkan kayu bakar.
Kayu biasanya dipersiapkan pada hari nelung (hari ketiga)  dan  mitu (hari ketujuh) dengan cara perebaq kayu (menebang pohon).
b)      Pembuatan tetaring.
Pembuatan tetaring terbuat dari daun kelapa yang dianyam dan digunakan sebagai tempat para tamu undangan (temue) duduk bersila.
c)      Penyerahan bahan-bahan begawe.


Peyerahan dari epen gawe (yang punya gawe) kepada inaq gawe. Penyerahannya ini dilakukan pada hari mituq. Kemudian inaq gawe menyerahkan alat-alat upacara.
d)     Dulang Inggas Dingari
Disajikan kepada Penghulu atau Kyai yang menyatakan orang tersebut meninggal dunia. Dulang inggas dingari ini harus disajikan tengah malam kesembilan hari  meninggal dengan maksud bahwa pemberitahuan bahwa besok hari  diadakan upacara sembilan hari.

e)      Dulang penamat
Adapun maksudnya simbol hak milik dari orang yang meninggal semasa hidupnya harus diserahkan secara sukarela kepada orang yang berhak mendapatkannya.   kemudian  semua keluarga dan undangan dipimpin oleh Kyai melakukan do’a selamatan untuk arwah yang meninggal agar diterima Tuhan Yang Maha Esa, dan keluarga yang ditinggalkan mengikhlaskan kepergiannya.
f)       Dulang talet Mesan (Penempatan Batu Nisan)
Dimaksudkan sebagai dulang yang diisi dengan nasi putih, lauk berupa burung merpati dan beberapa jenis jajan untuk dipergunakan sebelum nisan dipasang oleh Kyai yang memimpin do’a yang kemudian dulang ini dibagikan kepada  orang yang ikut serta pada saat itu. Setelah berakhirnya upacara ini selesailah upacara nyiwak.

Adapun rangkaian  upacara  kematian  pada  masyarakat  Sasak  yaitu:
a.       Hari pertama disebut nepong  tanaq atau nuyusur tanaq. Pemberian informasi kepada warga desa bahwa ada yang meninggal.
b.      Hari kedua tidak ada yang bersifat ritual.
c.       Hari ketiga disebut nelung yaitu penyiapan aiq wangi dan dimasukkan kepeng bolong untuk didoakan.
d.      Hari keempat menyiram aiq wangi ke kuburan.
e.       Hari kelima melaksanakan bukang daiq artinya mulai membaca AQur’an.
f.       Hari keenam melanjutkan membaca Al-Qur’an.
g.      Hari ketujuh disebut Mituq dirangkai dengan pembacaan Al-Qur’an.
h.      Hari kedelapan tidak ada acara ritual yang dilaksanakan, dan
i.        Hari kesembilan yang sebut Nyiwaq atau Nyenge dengan acara akhir perebahan jangkih.




BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Antropologi adalah sebuah ilmu yang memiliki keterkaitan dengan ilmu-ilmu sosial lainnya.
2.      Antropologi memiliki keterkaitan dengan ilmu sosiologi, sejarah, ekonomi, poltik, psikologi dan ilmu geografi.
3.      Salah satu kebudayaan Sasak yang terkenal adalah saat mengadakan upacara kematian yang di sebut dengan nyiwak (ketika hari kesembilan saat kematian)

C.    Saran
  1. Kita sebagai bangsa Indonesia, khususnya bangsa Sasak harus menghormati dan memghargai budaya kita sendiri dengan memelihara dan menjaga budaya tersebut agar terhindar dari kepunahan.
  2. Kebudayaan yang berbeda harus di pandang sebagai kekayaan nasional, bukan malah sebagai alasan untuk saling memecah belah.
  3. Saling menghargai antara budaya yang satu dengan budaya lainnya.













DAFTAR PUSTAKA

Supardan, Dadang. 2007. Pengantar Imu Sosial. Bandung: Bumi Aksara
Harsojo. 1982. Pengantar Antropologi. Bandung: Binacipta
Sapardi, Saheh. 2001. Atraksi Budaya Kabupaten Lombok Timur. Lombok Timur: Agenda

1 komentar:

  1. makalah nya sudah bagus, referensi nya juga ada dari buku juga ternyata

    http://www.marketingkita.com/2017/08/indahnya-sebagai-sales-marketing.html

    BalasHapus